Nasihat Sayyidi asy-Syeikh as-Sayyid Yusuf Bakhour al-Hasani dalam Majlis Pembacaan Hadits Shahih al-Bukhari oleh Syeikh Muhammad 'Iwadh حفظهما الله, di Madinah Nashr Hay 10 Bawabah 2 Kaherah, Mesir pada hari Khamis 20 April 2011. Diterjemah oleh Ustaz Muhammad Haris F.Lubis.
Majlis Hadits Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم adalah Nur (cahaya)
قد جاء كم من الله نور و كتاب مبين
"Sungguh telah datang kepadamu daripada Allah nur dan kitab yang terang." (al-Maidah: 15)
Sayyiduna Ibnu Abbas رضي الله عنهما berkata: "Kitab yang terang itu kita telah tahu bahwa ia adalah al-Qur’an, lalu apakah nur itu? Itulah dia Sayyiduna Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم.
Al-waw (و) dalam bahasa ‘arab datang dengan maksud mughayarah dan bukan mujanasah. Oleh kerana itulah Sayyiduna Ibnu Abbas رضي الله عنهما menafsirkan dengan Sayyiduna Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم dan bukan kitab al-Qur’an itu sendiri.
Maka jika kamu membaca hadits Nabi صلى الله عليه وآله وسلم, hadirkanlah Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم sedang duduk berbicara bersama kamu, bukan secara syakliyah (bentuk) kerana hudhur yang sempurna itu bukan dengan syakliyyah, tetapi dengan qalbiyyah. Dari sinilah para ahlus sanad dan riwayat sangat 'tamak' untuk membaca Syama'il Muhammadiyah. Jadi saya anjurkan kepada Sidi Muhammad 'Iwadh untuk membacakan kepada kalian Syama'il dengan bacaan yang tauqifiyah, i'tibariyah dan ittishofiyah, maksud saya adalah kalian membacanya dengan menghadirkan Nabi صلى الله عليه وآله وسلم di depan mata kalian seolah-olah kalian lagi duduk bersama Nabi صلى الله عليه وآله وسلم hingga akhirnya kalian memiliki adab yang sempurna terhadap hadhrah nabawiyyah. Inilah nanti yang akan meyakinkan kalian bahwa kalian meriwayatkan hadits dengan sanad; bahwa kalian betul-betul meriwayatkan hadits dari periwayat dari periwayat dari periwayat dan begitu seterusnya hingga sampai kepada mulut Baginda Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم yang mulia.
Oleh kerana itulah membaca sirah dan Syamail Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم itu sangat penting bagi ahlu sanad dan riwayat, agar apa? Agar mereka tenggelam dalam hadhrah nabawiyah, suatu rasa kehudhuran bersama Nabi صلى الله عليه وآله وسلم, bukan dalam ertikata kamu harus menyentuhnya secara syakliyyah, tetapi bersatunya dua sifat dalam satu akhlak, adab dan kesempurnaan صلى الله عليه وآله وسلم. Ya Salam…jamil jiddan..
Banyak orang bertanya kepada saya: "Ya Tuan, apa yang harus saya lakukan ketika saya melihat orang mengaku selalu bersama Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم?" Saya jawab: mengapa mesti hairan? Sebagaimana kamu merasa dekat bersama Allah. Apakah Allah jauh, hingga kamu perlu memanggilnya dengan suara yang keras (nyaring)?! Allah Ta'ala berfirman:
و هو معكم أين ما كنتم
"Dan Allah (yakin ilmuNYA) bersama kamu dimanapun kamu berada" (al-Hadid: 4)
Maka begitupulalah kamu bersama Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Bukanlah maksudnya sebagaimana yang difahami oleh orang-orang sufaha' bahwa kebersamaan di sini adalah perkara hissiyah (dapat diraba), tetapi ini adalah perkara sulukiyah (ruhani).
Sekarang saya akan berbicara tentang sanad Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Ahlus sanad telah menjaga turots-turots daripada pemalsuan dan penipuan hingga sampai kepada kita dalam keadaan yang baik. Sanad inilah yang menjadi khushushiyyat (keistimewaan) Sayyiduna Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم, bahkan sanad ini belum dikenal dalam kitab-kitab samawiyah para nabi sebelum junjungan Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم, sementara Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم dalam kitab al-Qur’annya terdapat sanad qira’at dan di dalam hadits-haditsnya terdapat sanad riwayat, maka khushushiyyat Nabi Muhammad ini juga menjadi khushushiyat bagi umatnya dimana umat-umat sebelumnya tidak pernah merasakan adanya sanad. Ini adalah pembuktian kebenaran firman Allah Ta'ala:
إن نحن نزلنا الذكر و إنا له لحافظون
"Sesungguhnya Kami yang menurunkan al-Qur’an dan Kamilah yang akan benar-benar menjaganya." (al-Hijr: 9)
Banyak orang menyangka bahwa ayat itu hanya untuk al-Qur'an sahaja …. tidak, ayat itu tidak hanya untuk al-Qur’an, tetapi juga untuk hadits-hadits Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Jika Allah hendak menjaga al-Qur’an maka sudahlah pasti hadits-hadits Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم juga harus terjaga, kerana hadits adalah penjabaran terhadap makna-makna al-Qur’an.
Kemudian apakah keterjagaan (al-hifzh) ini hanya melalui hafazhan sahaja? Tentu tidak, tetapi juga melalui sanad. Maksud dari pengijazahan sanad itu adalah agar kamu menghafazh bukan sekadar untuk meriwayatkan tetapi juga untuk meneladani orang yang kamu mengambil sanad daripadanya, dan orang yang kamu ambil sanadnya itu juga meneladani orang yang di atas di mana dia mengambil sanad daripadanya dan begitulah seterusnya hingga berujung kepada kamu meneladani Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Dengan demikian, keterjagaan al-Qur’an itu benar-benar sempurna baik secara lafazh, makna dan pengamalan.
0 komen:
Catat Ulasan