Petikan daripada buku Bunga Rampai Keutamaan Dzat Ahlulbait oleh Habib Aidarus Alwee Al-Mashoor.
Diriwayatkan oleh ‘Ali ibnu Sholeh, telah datang seorang lelaki dari kaum Rafidhah kepada Imam Ja'far bin Muhammad ash-Shadiq, kemudian dia berkata:
Rafidhi: Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Imam Ja'far ash-Shadiq رضي الله عنه: Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
Rafidhi: Wahai anak Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم, siapakah manusia yang terbaik sesudah Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم?
Imam Ja'far ash-Shadiq رضي الله عنه: Abu Bakar al-Shiddiq رضي الله عنه.
Rafidhi: Apa hujjah atas yang demikian itu.
Imam Ja'far ash-Shadiq رضي الله عنه: Allah Ta’ala berfirman:
“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita'. Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi maha Bijaksana” (urah at-Taubah: 40)
Imam Ja'far ash-Shadiq رضي الله عنه: Selain mereka berdua yang utama, apakah ada diantara manusia yang lebih utama dari Abu Bakar رضي الله عنه selain Nabi صلى الله عليه وآله وسلم?
Rafidhi: Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه, karena beliau tidur di pembaringan Rasullulah صلى الله عليه وآله وسلم untuk menggantikannya tanpa sedikitpun merasa gelisah, cemas, khawatir dan takut.
Imam Ja'far ash-Shadiq رضي الله عنه: Apa bunyinya?
Rafidhi: Allah berfirman:
Yang berarti Abu Bakar mempunyai perasaan gelisah, cemas khawatir dan takut?
Imam Ja'far ash-Shadiq رضي الله عنه: Tidak! karena kata sedih (حزن) bukanlah gelisah, cemas, khawatir atau takut. Abu Bakar رضي الله عنه merasa sedih karena Nabi صلى الله عليه وآله وسلم akan dibunuh, sehingga beliau tidak akan dapat lagi membela dan melayani agama Allah Ta’ala. Abu Bakar رضي الله عنه tidak bersedih karena memikirkan dirinya sendiri, ketika ia disengat lebih dari seratus sengatan ular, ia bertahan merasakan sengatan itu, tidak gelisah, tidak bangun dari tempatnya bahkan tidak bergerak sedikitpun.
Rafidhi: Allah Ta’ala berfirman:
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). (Surah al-Maaidah: 55)
Ayat tersebut turun berkenaan dengan Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه ketika ia sedang ruku', ia memberikan cincinnya sebagai sedekah. Dan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersabda:
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan pahala sedekah itu untuknya dan untuk keluarganya).
Imam Ja'far ash-Shadiq رضي الله عنه: Ayat yang turun sebelumnya pada surah tersebut mempunyai keutamaan yang lebih besar lagi. Allah Ta’ala berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya. (Surah al-Maaidah: 54)
Yang dimaksud di atas adalah murtad setelah Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم wafat. Sebagian orang Arab murtad dan tidak mahu menyerahkan zakat setelah Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم wafat. Kaum kafir tersebut berkumpul di Nahawan dan berkata: Orang yang yang telah menyebarkan agama Allah telah meninggal. Sehingga Umar bin Khattab رضي الله عنه berkata kepada Abu Bakar رضي الله عنه: ‘Terimalah shalat mereka, tinggalkanlah zakat mereka’ Abu Bakar رضي الله عنه berkata: ‘Jika saja mereka menolakku untuk mengambil zakat mereka walaupun sekedar tali leher unta sebagaimana pernah diperintahkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم, maka akan aku perangi mereka, sekalipun mereka semua berkumpul melawanku, tetap akan aku perangi sendirian’. Ayat tersebut menunjukkan bahwa Abu Bakar رضي الله عنه lebih utama.
Imam Ja'far ash-Shadiq رضي الله عنه: Sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman:
Orang-orang yang menginfaqkan hartanya pada waktu malam dan siang Dalam keadaan rahasia maupun terang-terangan. (Surah al-Baqarah: 274)
Ayat tersebut turun berkenaan dengan Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه yang menginfaqkan hartanya sebesar empat dinar. Beliau menginfaqkan satu dinar pada malam hari, satu dinar pada siang hari, satu dinar dengan cara rahasia dan satu dinar lagi beliau infaqkan dengan terang-terangan.
Imam Ja'far ash-Shadiq رضي الله عنه: Abu Bakar Shiddiq رضي الله عنه lebih utama lagi dari peristiwa tersebut. Al-Quran menggambarkan beberapa ayat yang turun berkenaan dengan Abu Bakar Shiddiq. Allah Ta’ala berfirman (Surah al-Lail: 1 – 7 dan 17 – 21):
Abu Bakar as-Shiddiq رضي الله عنه telah menginfaqkan hartanya kepada Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم sebesar empar puluh ribu dinar hingga ia menjadi orang yang fakir. Maka Malaikat Jibril pun diutus Allah Ta’ala untuk bertemu Nabi صلى الله عليه وآله وسلم, dan berkata: “Sesungguhnya Allah Ta’ala menyampaikan salam kepadamu”. Kemudian Jibril berkata: “Sampaikan salamku kepada Abu Bakar. Dan tanyakan kepadanya, apakah engkau (wahai Abubakar) redha atas kefakiranmu ini ataukah tidak? Abu Bakar رضي الله عنه menjawab: Apakah aku pantas tidak redha kepada Allah Ta’ala? Sesungguhnya aku sangat redha! (diucapkan tiga kali). Dan Allah Ta’ala akan memenuhi janji kepada orang yang diredhaiNya.
Dialog Imam Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin ‘Ali Zainal ‘Abidin bin Hussin as-Sibth bin ‘Ali bin Abi Thalib رضي الله عنهم dengan Kaum Rafidhah.
Diriwayatkan oleh ‘Ali ibnu Sholeh, telah datang seorang lelaki dari kaum Rafidhah kepada Imam Ja'far bin Muhammad ash-Shadiq, kemudian dia berkata:
Rafidhi: Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Imam Ja'far ash-Shadiq رضي الله عنه: Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
Rafidhi: Wahai anak Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم, siapakah manusia yang terbaik sesudah Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم?
Imam Ja'far ash-Shadiq رضي الله عنه: Abu Bakar al-Shiddiq رضي الله عنه.
Rafidhi: Apa hujjah atas yang demikian itu.
Imam Ja'far ash-Shadiq رضي الله عنه: Allah Ta’ala berfirman:
لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا. فَأَنْزَلَ اللهُ سَكِيْنَتَهُ , عَليْهِ وَ أَيَّدَهُ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُفْلَى ,إِلاَّ تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوا ثَانِىَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِى الغَارِ إِذْيَقُولُ لِصَاحِبِهِ , وَكَلِمَةُ اللهِ هِىَ العُلْيَا. واللهُ عَزِيْزٌ حَكِيمٌ
“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita'. Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi maha Bijaksana” (urah at-Taubah: 40)
Imam Ja'far ash-Shadiq رضي الله عنه: Selain mereka berdua yang utama, apakah ada diantara manusia yang lebih utama dari Abu Bakar رضي الله عنه selain Nabi صلى الله عليه وآله وسلم?
Rafidhi: Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه, karena beliau tidur di pembaringan Rasullulah صلى الله عليه وآله وسلم untuk menggantikannya tanpa sedikitpun merasa gelisah, cemas, khawatir dan takut.
Imam Ja'far ash-Shadiq رضي الله عنه: Begitu pula Abu Bakar رضي الله عنه, sesungguhnya ia bersama Nabi صلى الله عليه وآله وسلم tanpa sedikitpun merasa gelisah, cemas, khawatir dan takut.
Rafidhi: Sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman berlainan dengan apa yang engkau katakan!
Imam Ja'far ash-Shadiq رضي الله عنه: Apa bunyinya?
Rafidhi: Allah berfirman:
إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا
Yang berarti Abu Bakar mempunyai perasaan gelisah, cemas khawatir dan takut?
Imam Ja'far ash-Shadiq رضي الله عنه: Tidak! karena kata sedih (حزن) bukanlah gelisah, cemas, khawatir atau takut. Abu Bakar رضي الله عنه merasa sedih karena Nabi صلى الله عليه وآله وسلم akan dibunuh, sehingga beliau tidak akan dapat lagi membela dan melayani agama Allah Ta’ala. Abu Bakar رضي الله عنه tidak bersedih karena memikirkan dirinya sendiri, ketika ia disengat lebih dari seratus sengatan ular, ia bertahan merasakan sengatan itu, tidak gelisah, tidak bangun dari tempatnya bahkan tidak bergerak sedikitpun.
Rafidhi: Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا وَلِّيُكُمْ اللهُ وَرَسُوْلُهُ وَالَّذِيْنَ آ مَنُوا الَّذِيْنَ يُقِيمُوْنَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). (Surah al-Maaidah: 55)
Ayat tersebut turun berkenaan dengan Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه ketika ia sedang ruku', ia memberikan cincinnya sebagai sedekah. Dan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersabda:
الحمد لله الذي جعلها فيَّ و في أهل بيتي
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan pahala sedekah itu untuknya dan untuk keluarganya).
Imam Ja'far ash-Shadiq رضي الله عنه: Ayat yang turun sebelumnya pada surah tersebut mempunyai keutamaan yang lebih besar lagi. Allah Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَّا الَّذِيْنَ آ مَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya. (Surah al-Maaidah: 54)
Yang dimaksud di atas adalah murtad setelah Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم wafat. Sebagian orang Arab murtad dan tidak mahu menyerahkan zakat setelah Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم wafat. Kaum kafir tersebut berkumpul di Nahawan dan berkata: Orang yang yang telah menyebarkan agama Allah telah meninggal. Sehingga Umar bin Khattab رضي الله عنه berkata kepada Abu Bakar رضي الله عنه: ‘Terimalah shalat mereka, tinggalkanlah zakat mereka’ Abu Bakar رضي الله عنه berkata: ‘Jika saja mereka menolakku untuk mengambil zakat mereka walaupun sekedar tali leher unta sebagaimana pernah diperintahkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم, maka akan aku perangi mereka, sekalipun mereka semua berkumpul melawanku, tetap akan aku perangi sendirian’. Ayat tersebut menunjukkan bahwa Abu Bakar رضي الله عنه lebih utama.
Imam Ja'far ash-Shadiq رضي الله عنه: Sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman:
يُنْفِقُونَ أمْوَالَهُمْ بِالَّلَيلِ وَ النَّهَارِ سِرًّا وَ عَلاَنِيَةً
Orang-orang yang menginfaqkan hartanya pada waktu malam dan siang Dalam keadaan rahasia maupun terang-terangan. (Surah al-Baqarah: 274)
Ayat tersebut turun berkenaan dengan Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه yang menginfaqkan hartanya sebesar empat dinar. Beliau menginfaqkan satu dinar pada malam hari, satu dinar pada siang hari, satu dinar dengan cara rahasia dan satu dinar lagi beliau infaqkan dengan terang-terangan.
Imam Ja'far ash-Shadiq رضي الله عنه: Abu Bakar Shiddiq رضي الله عنه lebih utama lagi dari peristiwa tersebut. Al-Quran menggambarkan beberapa ayat yang turun berkenaan dengan Abu Bakar Shiddiq. Allah Ta’ala berfirman (Surah al-Lail: 1 – 7 dan 17 – 21):
وَاللّيلِ إِذَا يَغْشى , وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلّى , وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالأنْثى , إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّى , فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقى , وَصَدَّقَ بِالْحُسْنى (ابو بكر), فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرى - ابو بكر
وَ سَيُجَنَّبُهَا الأَتْقى , الَّذِي يُؤْتِي مَالُهُ يَتَزَكَّى(ابو بكر) وَمَا لأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزى , إِلاَّ ابْتِغَاءَ وَجْهُ رَبِّهِ الأَعْلى, وَلَسَوْفَ يَرْضى - ابو بكر
Abu Bakar as-Shiddiq رضي الله عنه telah menginfaqkan hartanya kepada Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم sebesar empar puluh ribu dinar hingga ia menjadi orang yang fakir. Maka Malaikat Jibril pun diutus Allah Ta’ala untuk bertemu Nabi صلى الله عليه وآله وسلم, dan berkata: “Sesungguhnya Allah Ta’ala menyampaikan salam kepadamu”. Kemudian Jibril berkata: “Sampaikan salamku kepada Abu Bakar. Dan tanyakan kepadanya, apakah engkau (wahai Abubakar) redha atas kefakiranmu ini ataukah tidak? Abu Bakar رضي الله عنه menjawab: Apakah aku pantas tidak redha kepada Allah Ta’ala? Sesungguhnya aku sangat redha! (diucapkan tiga kali). Dan Allah Ta’ala akan memenuhi janji kepada orang yang diredhaiNya.
0 komen:
Catat Ulasan