Rabu, 20 Oktober 2010

Kubersimpuh Rindu Walau Beberapa Menit Pada Sang Guru Mulia Nan Lemah Lembut

Kubersimpuh Rindu Walau Beberapa Menit Pada Sang Guru Mulia Nan Lemah Lembut
 
Ditulis oleh: Yang Dikasihi Habib Munzir Fuad al-Musawa

Senin 18 oktober 2010 hamba meluncur dengan penerbangan pertama dari bandara Soekarno Hatta Jakarta pk 6.35 wib menuju Bandara Changi Singapura, tiada niat lain selain melepas rindu pada Guru mulia, manusia yang paling kucintai di bumi ini, dan telah menjadi sumpah setiaku bakti hidupku dan matiku adalah untuk berbakti pada beliau, yang beliau adalah hamba yang hidup dan mati beliau untuk berbakti pada Sang Nabi saw, yang Sang Nabi saw hidup dan mati beliau saw untuk berbakti pada Allah swt.
 
Hamba tiba pk 9.00 waktu Singapura (8.00 wib), dan menanti kedatangan Sang Guru Mulia yang akan tiba di Changi Airport Singapura pd pk 9.00 waktu Singapura pula, ketibaan dari Kuala Lumpur.

Ternyata pesawat beliau delay (tertunda) dan beliau baru keluar pk 11.30 waktu Singapura, hanya sekitar dua puluh orang saja yang menanti kedatangan beliau di bandara Changi, maka hamba menangis melihat wajah mulia nan penuh kedamaian itu melangkah dengan santai menuju pintu exit, tiada desak desakan dalam menyalami beliau, dan hamba mohon waktu berbincang sesaat dengan beliau di bandara, sebelum beliau meneruskan ke kota Singapura dengan acara yang padat pula. Beliau tersenyum dan menyambut karung dosa ini dengan teguran lembut.. selamat jumpa wahai sayyid munzir..”.Subhanallah… lidahmu sangat luhur hingga menyebut karung dosa ini dengan ucapan sayyid munzir, lalu beliau meneruskan ucapannya : “Dimana kita akan bicara?, kau akan terus pulang bukan?” 

Subhanallah.. firasat tajam (sabda Rasul saw : berhati hatilah pada firasat orang mukmin, karena mereka melihat dengan cahaya Allah swt) beliau telah mengetahui memang hamba hanya ke singapura untuk jumpa di bandara saja, karena kepulangan pesawat hamba adalah pk 12.25 waktu singapura, maka hamba mempersilahkan beliau duduk sambil menanti mobil datang dari parkiran. Beliau duduk, hamba bersimpuh dilantai sangat dekat dengan lutut dan sandal beliau, airmata berlinang memandangi dengan asyik wajah yang paling kucintai, wajah damai, lembut nan indah itu berkata : “naiklah kekursi..” seraya mengarah pada kursi disebelah beliau, namun hamba menggeleng, mana pula karung dosa ini berani duduk disebelah beliau, hamba lebih suka bersimpuh sambil menikmati wajah yang sejuk dan penuh kasih sayang, lalu beliau mengulangi ucapannya : “naik kesini, duduk disebelahku..”, hamba tetap menggeleng dan tersenyum sambil terus menunjukkan bahwa hamba senang bersimpuh dikaki beliau, jika disuruh memilih duduk diatas tempat manapun sungguh tiada yang lebih nikmat bagi hamba selain duduk bersimpuh dikaki beliau, namun beliau berucap dg suara yang ditekan dengan nada perintah : “duduklah disampingku..!”, maka hamba tak berani menolak perintah beliau dan hamba duduk disebelah beliau, airmata terus mengalir karena ledakan gembira bisa melihat wajah beliau lagi, pemandangan terindah yang pernah kulihat didunia ini..

Lalu beliau memulai percakapan dengan akrab, tanpa menggubris puluhan orang yang berdiri jauh tak berani mendekat, mereka sangat menghargai hamba yang hanya akan jumpa beberapa menit lalu kembali ke Jakarta. Beliau mulai melontarkan pertanyaan lembut, karena jika beliau diam maka beliau tahu hamba akan rubuh pingsan dari gembira, ledakan cinta dan haru bisa berdampingan dengan beliau, seraya bertanya lembut : bagaimana kabar jamaah kita?, semoga mereka semakin banyak dan semakin mendekat pada keluhuran..? Hamba menjawab : betul tuanku, dengan bantuan Allah dan doa tuanku, mereka semakin banyak, dan selalu majelis riuh dengan airmata puluhan ribu jamaah, beliau tersenyum puas dan tampak tenggelam dengan kegembiraan hingga terpejam, lalu beliau berkata dengan pelahan: “sampaikan pada mereka salamku, kuwasiatkan pada mereka untuk semakin semangat untuk saling menasihati, masing masing mengenalkan sifat sifat keluhuran nabi saw, membenahi diri, membenahi dan membangkitkan keluhuran pada diri mereka, pada teman teman mereka, pada tempat sekolah mereka, pada tempat pekerjaan mereka, dan terus menjadi penebar kebaikan..” Hamba menjawab : baik tuanku, akan hamba sampaikan..

Lalu sang guru lemah lembut menjelaskan beberapa hal dan tuntunan yang mesti dilakukan berupa tugas tugas pada hamba, hamba hanya menjawab : labbaik tuanku, hamba akan laksanakan, hamba akan patuhi.. Lalu sang guru mulia nan lembut dan sejuk berkata : kabarkan padaku hal lain..?”. Hamba menjawab : semalam kami berkumpul sekitar 100 orang aktifis di internet, pria dan wanita untuk mulai menjalin perluasan dakwah di internet…
Sang guru lemah lembut terlonjak gembira: “nah… sungguh itu hal yang sangat menggembirakan, dunia internet penuh dengan kebutuhan para pembenah dan orang orang yang mau berkhidmat menebarkan dakwah lewat internet, karena medan dakwah kita di internet masih sangat sempit dibandingkan kekuatan kedhaliman yang terus mengelabui ummat dengan kejahilan dan kemungkaran.., sungguh usaha itu sangat menggembirakanku..”
Hamba menjawab : doakan kami wahai tuanku.., dan jamaah semua siap dan sudah sangat rindu menantikan kedatangan tuanku..

Sang Guru Lemah lembut tersenyum, sampaikan salamku, aku insya Allah akan kunjung dan menjumpai mereka…” Hamba menangis haru…, lalu beliau memberi jawaban atas beberapa instruksi dan bimbingan bimbingan untuk langkah selanjutnya dalam kelanjutan Majelis Rasulullah saw. Lalu hamba terdiam, beliau terdiam, lalu hamba tahu sudah terlalu lama hamba menahan sang Guru yang lemah lembut ini, tanpa terasa 15 menit berlalu, beliau seakan tak perduli dengan waktu demi menerima seorang karung dosa ini, dan beliau mulai melirik pada jamaah yang berdiri jauh dan menanti beliau, maka hamba memahami bahwa waktu sang guru mulia nan lembut telah cukup banyak tersita, dan hamba harus pamit, hamba berkata : tuanku, hamba penuh dosa, hamba takut tidak mendapat ridha tuanku, bagaimana Allah dan Rasul saw akan ridho jika hamba tidak mendapat ridho tuanku..? Sang Guru Mulia nan lemah lembut tersenyum, bagaikan bulan purnama indah beliau berdoa, semoga limpahan keridhoan selalu menaungimu dalam ketenangan, kegembiraan, dan semoga Allah swt menggembirakanmu dengan ridha… dan sang guru mulia melantunkan doa yang panjang.., hamba bangkit mundur, lalu sang guru mulia nan sejuk bertanya, kemana sekarang tujuanmu..? Hamba menjawab : pulang ke Jakarta wahai tuanku, malam ini majelis malam selasa di almunawar, beliau tersenyum lagi, dan terus berdoa dan melangkah sambil mengucap selamat jalan… Duhai guru agung idola barat dan timur…,sebelum beliau tiba, telah didahulu putra mulia beliau, Alhabib Salim bin Umar bin Hafidh, seraya bercerita panjang pada kami sambil menanti kedatangan Sang Guru Mulia, maka alhabib salim berkata: ayahanda mengunjungi Denmark, kota yang dikenal paling membenci dan menghina Rasulullah saw, namun baru saja beliau keluar dari bandara, sudah disambut dengan pembacaan Maulid nabi saw di bandara, maka Guru Mulia berpaling pada putranya dan berkata: “kau lihat?, pernah kau lihat orang menyambutku di bandara dengan pembacaan maulid?, sungguh diseluruh dunia belum pernah terjadi, tapi terjadi disini, di Denmark, kota yang konon sangat membenci dan Menghina Nabi saw, belum aku sampai di kotanya, baru di bandara justu Lantunan Maulid Nabi saw dikumandangkan, kau lihat bagaimana Allah swt Maha Memberi hidayah walau ditempat yang konon paling menghina Nabi saw?”

Di Jerman Guru Mulia menyampaikan tausiah di salah sebuah forum, hadir diantaranya seorang missionaris nasrani yang mencuri dengar, lalu melaporkannya pada pimpinan gereja yaitu gurunya, maka pendeta besar mengundang guru mulia untuk datang ke gereja dan menyampaikan tausiyah, seakan tantangan sekaligus pelecehan, kau yang berbicara kerukunan ummat beragama, apa berani masuk gereja?

Ternyata Guru Mulia setuju, datang, dan minta izin shalat di gereja, sudah kita fahami dari seluruh madzhab sebagian mengatakan makruh, sebagian mengatakan haram, namun sebagian mengatakan boleh jika diharapkan akan diubah menjadi masjid. Selepas beliau menyampaikan tausiah, maka pimpinan pendeta ditanya : bagaimana pendapatmu terhadap islam?, maka ia menjawab : aku benci islam, namun aku cinta pada orang ini, maka guru mulia menjawab : jika kau mencintaiku akan datang waktunya kau akan mencintai islam… Lalu guru mulia ditegur, bagaimana melakukan shalat di gereja?, beliau menjawab : aku melakukannya karena aku tahu tempat ini akan menjadi masjid kelak..

Lalu kami bertanya, apa yang membuat guru mulia masih didalam bandara?, beliau ditahan dan dipersulitkah?, lalu putra mulia menjawab : ayahanda asyik dengan mereka, mereka tidak tahu islam dan mau minta kejelasan, justru ayahanda senang dan duduk dengan mereka member tausiyah dan penjelasan pada staf imigrasi change airport tentang indahnya islam, mereka yang awalnya curiga dan ingin interogasi, justru menjadi pendengar setia dan terlalu asyik duduk mendengar penyampaian lemah lembut beliau hingga menghabiskan waktu 90 menit..!

Lambaian tangan beliau terus membuatku berdiri tercenung, dan terus hamba masuk ke airport untuk bording yang sudah terlambat, duduk di pesawat, dan kembali ke Jakarta, hamba tiba di bandara soekarno hatta pd pk 13.05 wib dengan selamat.  Wahai Allah.. barat dan timur haus dengan para penyeru yang lemah lembut penyambung kasih sayang Mu, mengenalkan kami pada kasih sayang Mu, kelembutan Mu, dan keindahan Mu, juga kelembutan nabi kami, idola kami, Sayyidina Muhammad saw. Sungguh anugerah agung Mu dengan menghadiahkan kami seorang pembimbing keluhuran, penerus dakwah nabi Mu, panjangkan usia guru mulia kami, beri kemudahan atas perjuangannya, limpahi kasih sayang Mu seluas luasnya pada beliau, dan ikut sertakan kami, para pendosa yang mencintai beliau, dunia dan akhirat jangan pisahkan kami dari beliau, dan bersama beliau, berjuang bersama beliau, memanut beliau, dan mengabdi pada beliau..

Yaa Allah… Yaa Allah… Yaa Allah.. Amiiin..
Lambaian tangan beliau terus membuatku berdiri tercenung, dan terus hamba masuk ke airport untuk bording yang sudah terlambat, duduk di pesawat, dan kembali ke Jakarta, hamba tiba di bandara soekarno hatta pd pk 13.05 wib dengan selamat.

Khamis, 14 Oktober 2010

Ahlan wa Sahlan wa Marhaban wahai Guru Mulia حفظه الله تعالى


Jadual  Terkini Program Guru Mulia Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz  حفظه الله تعالى


Mutiara kata dari Guru Mulia Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin  Hafidz  حفظه الله تعالى

مَنْ لَمْ يُجَالِسْ مُفْلِحُ كَيْفَ يُفْلِحُ وَ مَنْ جَالَسَ مُفْلِحَ كَيْفَ لاَ يُفْلِحُ

Barangsiapa yang tidak mahu duduk dengan orang beruntung, bagaimana mungkin ia akan beruntung dan barangsiapa yang duduk dengan orang beruntung bagaimana mungkin ia tidak akan beruntung.


Selasa, 12 Oktober 2010

Belasungkawa: Habib Abdullah bin Ahmad bin Hamid al-Kaf رحمه الله Telah Kembali KerahmatuLlah

إِنَّا للَّهِ وَإِنَّـآ إِلَيْهِ رَاجِعونَ
 
Telah kembali kerahmatuLlah Habib Abdullah bin Ahmad bin Hamid al-Kaf رحمه الله, di Sukabumi petang semalam. Dan beliau akan dimakamkan hari ini, selepas Dhuhur, 4 Dhulqaedah 1431/12 Oktober 2010 di Pondok Pesantren  Daarul Habib, Sukabumi. Al-Marhum adalah ayahanda kepada Habib Novel (Naufal) bin Abdullah bin Ahmad bin Hamid al-Kaf, pengasas dan pengasuh PP Daarul Habib, Sukabumi.
 
Di Pesantren Daarul Habib, Sukabumi yang di asaskan oleh Habib Novel (Naufal) bin Abdullah bin Ahmad bin Hamid al-Kaf (2 dari kanan)
Kali terakhir al-Fagir bertemu dengan Al-Marhum pada tahun 2008 ketika menziarahi PP Daarul Habib, Sukabumi. 
 
Akhirkata, marilah kita sama-sama menghadiahkan bacaan surah al-Faatihah kepada  al-Marhum Habib Abdullah bin Ahmad bin Hamid al-Kaf serta mendoakan beliau. Al-Faatihah .....

اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه وأكرم نُزُله . ووسع مُدخلهُ . واغسله بالماء والثلج والبرد ، ونقه من الخطايا كما ينقى الثوب الأبيض من الدنس ، وأبدله داراً خيراً من داره ، وأهلاً خيراً من أهله وزوجاً خيراً من زوجه وأدخله الجنة وأعذه من عذاب القبر  ومن عذاب النار


Sekian dari
Al-Fagir Abu Zahrah
Taman Seri Gombak
12 tengahari , 4 Dhulqaedah 1431/12 Oktober 2010.
Suasana di PP Daarul Habib, Sukabumi. Foto ini dirakamkan ketika al-Fagir menziarahi PP tersebut

Jumaat, 8 Oktober 2010

Majlis Haul: Faedah Menghadirinya


InsyaAllah minggu hadapan akan bermulalah Majlis Memperingati Haul Imam ‘Abdullah bin ‘Alwi bin Muhmmad al-Haddad yang ke 299 (beliau wafat pada tahun 1132H) yang akan di adakan dibeberapa buah masjid di seluruh Malaysia. Maka, disini al-Fagir ingin berkongsi serba sedikit tentang faedah menghadiri majlis sedemikian. Semoga kita dapat meraihnya. InsyaAllah

Apa faedahnya kita menghadiri majlis haul ni? Maka jawabnya, banyak faedahnya. Pada ghalibnya, acara yang berlaku di dalam majlis haul adalah:
  • Membaca dhikruLlah secara beramai-ramai, sepertimana ketika haul Imam al-Haddad akan dibaca Wirdullathif dan Ratib al-Haddad
  • Membaca Yasin atau mengkhatam al-Quran dan pahalanya dihadiahkan kepada shohibul haul
  • Membaca manaqib shohibul haul,
  • Dapat duduk bersama ulama dan mendengar nasihat dan peringatan daripada mereka
  • Membaca petikan dari kitab-kitab karangan shohibul haul, dan banyak lagiiii ........

Seterusnya mai kita tengok pulak apa faedahnya acara-acara tersebut di atas, secara lebih dekat.

1. BerdhikruLlah.
Kelebihan berdhikruLlah ni sangat banyak. Bacalah di dalam kitab Fadhilat Dhikir oleh Syeikhkul Hadits Maulana Zakaria al-Kandahlawi. Di dalam kitab tersebut ada disenanraikan lebih dari 70 faedah atau lebihan berdhikir. Di sini al-Fagir bawa sedikit sebanyak sahaja tentang fadhilatnya dan juga menjadi dalil berdhikir secara beramai-ramai. Antaranya:
إذا مررتم برياض الجنة فارتعوا. قيل: وما رياض الجنة يارسول الله؟ قال: حلق الذكر
Ertinya: “Apabila kalian melalui suatu taman syurga, maka hendaklah kalian berhenti”. Mereka bertanya: “Apakah taman syurga itu, wahai Rasulullah? Baginda صلى الله عليه وآله وسلم menjawab: Halaqah dhikir (Hadits riwayat at-Tirmidhi)
Sabda Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم
لا يقعد قوم يذكوون الله تعالى إلا حفتهم الملا ئكة، وغشيتهم الرحمة، ونزلت عليهم السكينة، وذكرهم الله فيمن عنده
Ertinya: Tidaklah suatu kaum duduk berdhikir kepada Allah Ta’ala, melainkan mereka akan dikelilingi oleh para malaikat dan akan dilimpahi rahmat serta akan diturunkan ke atas mereka ketenangan dan Allah akan menyebut mereka di hadapan para malaikatNya (Hadits riwayat Muslim)

أن النبي r خرج على حلقة من أصحابه فقال: ما يجلسكم؟ قالوا: جلسنا نذكر اللهَ ونحمده. فقال: إنه أتاني جبريل، فأخبرني أنّ الله يباهي بكم الملائكة
Ertinya: “Bahawa suatu ketika Nabi صلى الله عليه وآله وسلم keluar dan melalui suatu halaqah dari para shahabatnya. Baginda صلى الله عليه وآله وسلم bersabda: Apakah yang menyebabkan kalian duduk beramai-ramai? Para shahabat رضي الله عنهم menjawab: Kami berdhikir serta memuji Allah. Maka Baginda صلى الله عليه وآله وسلم bersabda: Sesungguhnya Jibril عليه السلام telah datang kepadaku dan mengkhabarkan kepadaku bahawasanya Allah Ta’ala membanggakan kalian di hadapan para malaikatNya (Hadits riwayat Muslim)

مامن قوم اجتمعوا يذكرون الله لا يريدون بذلك إلا وجه تعالى إلا ناداهم مناد من السماء: قوموا مغفورا لكم، قد بدلت سيئاتكم حسنات
Ertinya: “Tidaklah suatu kaum yang berkumpul untuk berdhikir kepada Allah Ta’ala, (yang mana mereka) tidak menginginkan sesuatu kecuali keredhaanNya, melainkan ada suara yang menyeru mereka dari langit: Berdirilah kalian dalam keadaan diampunkan kesalahan kalian, sesungguhnya keburukan yang kalian lakukan telah digantikan dengan kebaikan. (Hadits riwayat Ahmad, ath-Thabarani dan Abu Ya’la)

Cukuplah sekadar beberapa hadits untuk menyatakan kelebihan berdhikiruLlah.

2. Mendoakan shohibul haul, bacaan tahlil atau surah yasin atau mengkhatam al-Quran yang mana pahalanya dihadiahkan kepada shohibul haul.

Mengenai menghadiahkan bacaan tahlil, bacaan al-Quran ke mayyit, maka, disisi pendapat jumhur ulama ahlus sunnah wal jamaah, perbuatan ini diharuskan dan sampai pahala yang dihadiahkan kepada orang yang telah mati. Persoalan ini sudah sering dibahaskan. Maka al-Fagir rasa tidak perlu lagi untuk diperjelaskan. Cuma Al- ingin bawakan sedikit kata-kata ulama tentang perkara tersebut, sepertimana yang al-Fagir catatkan di dalam terjemahan Ajwibah al-Ghaliyyah karya Habib Zein bin Sumaith: “Tersebut Di dalam kitab al-Majmu’ syarah al-Muhazzab oleh Imam an-Nawawi (15/522): “Berkata Ibn Nahwi di dalam Syarah al-Minhaj: Di dalam mazhab Syafie, menurut qaul yang masyhur, pahala bacaan tidak sampai. Tetapi menurut qaul yang mukhtar, sampai pahala apabila dimohonkan kepada Allah agar disampaikan pahala bacaan tersebut”.
Dalam menanggapi qaul yang masyhur tersebut, maka Syaikhul Islam, Syaikh Zakaria al-Anshari mengatakan di dalam kitabnya Fathul Wahhab (2/19):
وماقاله من مشهور المذهب محمول على ماإذا قرأ لا بحضرة الميت ولم ينو ثواب قرائته له
Ertinya: Apa yang dikatakan sebagai qaul masyhur di dalam mazhab Syafie itu dibawa atas satu pengertian: Jika al-Quran itu dibaca dengan tiada kehadiran orang mati (tidak dibaca di hadapan orang mati) dan tidak meniatkan pahala bacaan itu bagi orang mati.”

3. Membaca Manaqib
Perkataan manaqib itu adalah bentuk jamak dari mufrod manqobah, yang di antara artinya adalah cerita kebaikan amal dan akhlak perangai terpuji seseorang. Jadi membaca manaqib, ertinya membaca cerita kebaikan amal dan akhlak terpujinya seseorang. Oleh sebab itu kata-kata manaqib hanya khusus bagi orang-orang baik mulia. Maka hukumnya juga harus bahkan disukai kerana ianya menceritakan teladan yang baik untuk diikuti. Apa faedahnya membaca manaqib dan memperingati orang-orang sholeh?

Maka faedahnya membaca manaqib dan mengingati orang-orang sholeh adalah sepertimana yang tersebut di dalam sebuah hadits riwayat ad-Dailami didalam Musnad al-Firdaus daripada Sayyidina Muadz رضي الله عنه
ذكر الأنبياء من العبادة وذكر الصالحين كفارة وذكر الموت صدقة وذكر القبر يقربكم من الجنة
Maksudnya: Mengingati para Nabi adalah ibadah, mengingati orang-orang sholeh adalah kaffarah (bagi dosa), mengingati mati adalah sedekah dan mengingati qubur mendekatkan kalian semua kepada syurga. (menurut Imam asy-Sayuthi didalam al-Jami’ asy-Shoghir dan al-Munawi didalam Faidhul Qadir, hadits ini dhoif)
Muhammad bin Yunus رحمه الله تعالى berkata:
ما رأيت أنفع للقلب من ذكر الصالحين
Ertinya: Tiada melihat aku akan sesuatu yang terlebih manfaat bagi hati daripada mengingati riwayat hidup orang-orang sholeh.

Sufyan bin Uyainah رحمه الله تعالى mengatakan
عند ذكر الصالحين تنزل الرحمة
Ertinya: Tatkala menyebut orang-orang sholeh akan bercucuran rahmat.

Imam Junaid al-Baghdadi رحمه الله تعالى pula berkata: Hikayat (kisah orang-orang sholeh) itu adalah merupakan tentera dari tentera-tentera Allah Ta’ala dimana Allah menetapkan hati para auliyaNya dengan kisah-kisah tersebut. Maka ditanyai oleh orang kepada Imam Junaid: Apakah engkau mempunyai asas menyokong katamu itu? Maka beliau menjawab: Dalil atau penyokong bagi kenyataannya itu adalah firman Allah [bermaksud]: Dan semua kisah-kisah Rasul-rasul itu, kami ceritakan kepadamu (wahai Muhammad), yang dengannya Kami teguhkan hatimu. (Surah Hud:120).

Imam Abu Hanifah berkata: Kisah-kisah para ulama dan kebaikan-kebaikan mereka lebih aku sukai daripada banyaknya (masalah) fiqih, kerana kisah-kisah tersebut mengandungi adab-adab dan akhlaq mereka.

Faedahnya lagi, dengan membaca manaqib maka akan menambahkan lagi rasa cinta kita kepada shohibul haul, yanag mana ianya dari kalangan auliya dan sholehin. Maka di dalam sebuah hadits riwayat daripada Abu Dzar رضي الله عنه, dimana beliau berkata: Wahai Rasulullah! Seorang lelaki mengasihi suatu kaum sedangkan ia tidak mampu ber’amal dengan ‘amalan mereka? Maka baginda صلى الله عليه وآله وسلم bersabda: Engkau, wahai Abu Dzar bersama sesiapa yang engkau kasihi.

Mudah-mudahkan kita digolongkan kedalam golongan auliyaNYA lantaran kerna cinta kita kepada mereka. آمين.

Manakala di dalam kitab Jala adh-Dholaam ‘ala ‘Aqidatil Awwam disebutkan: Ketahuilah! Seyogia bagi setiap muslim yang menuntut kelebihan dan kebaikan (dari Allah Ta’ala) bahwa dia mencari baraakah, nafaahat, maqbulnya doa dan turunnya rahamaat pada auliya’ didalam majlis perhimpunan mereka, samada ketika mereka masih hidup atau telah wafat, ketika berada disisi kubur mereka atau ketika berziarah atau ketika menyebut keutamaan mereka dan membaca manaqib mereka.

Di dalam kitab Ainul Adab was Siyasah, halaman 158, disebutkan: Umar bin al-Khattab رضي الله عنه berkata: “Hendaklah kalian mendengar cerita-cerita tentang orang-orang yang memiliki keutamaan, kerana hal itu termasuk dari kemuliaan dan padanya terdapat kedudukan dan kenikmatan bagi jiwa”. Di dalam kitab tersebut juga, mengatakan: Ali bin Abdurrahman bin Hudzail berkata: “Ketahuilah, bahawa membaca kisah-kisah dan sejarah-sejarah tentang orang yang memiliki keutamaan akan memberikan kerehatan (kesenangan) dalam jiwa seseorang. Kisah-kisah tersebut akan melegakan hati serta mengisi kehampaan. Membentuk watak yang penuh semangat dilandasi kebaikan, serta menghilangkan rasa malas”.


4. Duduk bersama ulama, menatap wajah mereka dan mendengar nasihat dari mereka.
Apakah faedahnya? Disebut di dalam kitab Irsyad-ul ‘Ibad oleh asy-Syaikh Utsman bin Shihabuddin al-Funtiani رحمه الله تعالى , pada halaman 4, telah bersabda Nabi صلى الله عليه وآله وسلم:
عليكم بمجالسة العلماء واستماع كلام الحكماء فإن الله تعالى يحيى القلب الميت بنور الحكمة كما يحيى الارض الميتة بماء المطر
Yakni [artinya] lazim atas kamu dengan bersama duduk [dengan] ulama’ yang berbuat ‘amal dengan ‘ilmunya dan menuntut mendengar perkataan auliya Allah yang mempunyai ilmu haqiqat, maka bahwasanya Allah Ta’ala menghidupkan Ia akan hati yang mati dengan nur hikmah, (berkata qaum –sufi) seorang berhimpun bersama-sama ahlullah mendapat ia kelakuan yang mulia dan lagi sebenar memberi manfaat dengan berhimpun bersama-sama mereka itu terlebih memberi manfaat daripada lafaz lidah) maka bahwasaya Allah menghidupkan Ia akan hati yang buta dengan nur ilmu yang memberi manfaat seperti menghidupkan Ia akan bumi yang mati dengan air hujan.

Asy-Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani رحمه الله تعالى , di dalam kitabnya Nasho-ihul Ibad fi bayani al-Faadzi al-Munabbihaat 'alal Isti'daadi Li Yaumil Ma'adi pada halaman 4, beliau telah memberi penjelasan bahwa yang dimaksudkan dengan:
  • Ulama’ ialah orang-orang ‘alim yang mengamalkan ilmunya
  • Hukama’ ialah orang-orang yang mengetahui/mengenal zat Allah Ta’ala, yang betul dan tepat dalam perkataan dan perbuatan mereka.
  • Hikmah itu adalah ilmu yang memberi manfaat
Seterusnya asy-Syaikh Nawawi al-Bantani رحمه الله تعالى mengklasifikasikan ulama’ itu kepada 3 bahagian:
  • Ulama’ yang ‘alim tentang hukum-hakam, mereka adalah ashhab al-fatwa, yakni mempunyai hak untuk memberi fatwa
  • Ulama yang ‘alim [dan arif] akan dzat Allah [ulama ‘tauhid] sahaja . Mereka ini adalah golongan hukama. Bergaul, berdamping dengan mereka menjadikan akhlaq terdidik, kerana dari hati mereka bersinar cahaya ma’rifatullah dan terbit dari sirr mereka cahaya keagungan Allah.
  • Dan ulama yang memiliki kedua-dua shifat diatas, mereka itu kubara’. Maka bergaul dengan ahlullah mendatangkan ahwal yang mulia. Nadzrah (lirikan) mereka lebih mendatangkan manfaat dari daripada ucapan mereka. Dan barangsiapa yang lirikannya memberi manfaat kepadamu, maka bermanfaatlah kata-katanya, dan barangsiapa yang lirikannya tidak memberi manfaat kepadamu, maka kata-katanya tidak akan mendatangkan manfaat.
Al-'Arifbillah al-Quthb al-Habib Ahmad bin Hasan al-Atthas رضي الله عنه  sewaktu beliau berada di kota Tarim pada suatu majlis yang dihadiri oleh banyak orang dari golongan Saadah Bani Alawi dan lainnya. Setelah selesai pembacaan kitab dan qasidah daripada kalam salaf (para leluhur ahlulbait terdahulu), beliau رضي الله عنه berkata: Majlis-majlis seperti ini adalah merupakan hidangan bagi arwaah yang bertebaran dan merupakan asroor (rahasia-rahasia) yang berterbangan. Semua yang hadhir akan mendapatkan jalan petunjuk. Semua yang hadhir akan mendapatkan kenaikan darjat dan semua akan mendapatkan curahan rahmat. Barakah dari pada majlis ini, oleh Allah akan disampaikan ke pelbagai tempat (meliputi berbagai tempat) dan Allah Ta'ala akan menurunkan pada majlis ini berbagai macam kebaikanNya, kemurahanNya, dan pemberianNya. Sebahagian yang hadhir mendapatkan barakah disebabkan sebahagian yang lainnya, dan orang yang tertolak (ghairu maqbuulin) akan mendapatkan barakah daripada orang-orang yang diterima (almaqbuulin). Majlis ini merupakan suatu tempat yang sangat bagus, bagaikan tanah subur yang dapat menyerap air dan yang dicurahkan diatasnya hujan rahmat. 

Selanjutnya beliau رضي الله عنه  berkata: Apabila seseorang merasakan hatinya susah atau anggota badannya terasa malas untuk melakukan amal kebajikan, maka lihatlah atau bacalah kalam (ucapan) para salaf, agar hilang perasaan susah dan rasa malas yang ada pada dirinya. Janganlah seseorang memaksakan diri untuk melakukan hal-hal yang tidak mampu untuk dilakukan. Bertakwalah kepada Allah semampumu. Bersyukurlah kepada Allah jika engkau diberi taufiq untuk dapat melakukan amal-amal shaleh.

Selain itu di antara faedah duduk bersama ulama, dapat memandang wajah mereka. Memandang wajah para sholehin ini bukanlah perkara yang sia-sia kerana memandang mereka mendatangkan hal yang positif bagi yang memandangnya. Seperti membangkitkan semangat, untuk meningkatkan amalan kebaikan, tatkala keimanan seseorang sedang turun. Perkara sedemikian pernah dilakukan oleh Abu Ja’far bin Sulaiman, salah seorang murid Hasan Al Bashri رضي الله عنه  . Beliau pernah mengatakan,”Jika aku merasakan hatiku sedang dalam keadaan qaswah (keras), maka aku segera pergi untuk memandang wajah Muhammad bin Wasi’ al-Bishri. Maka hal itu mengingatkanku kepada kematian.” (Tarikh al-Islam, 5/109).

Bahkan Imam Malik رضي الله عنه  sendiri juga melakukan hal yang sama tatkala merasakan qaswah dalam hati. Beliau menceritakan: “Setiap aku merasakan adanya qaswah dalam hati, maka aku mendatangi Muhammad bin al-Munkadar dan memandangnya. Hal itu dapat memberikan peringatan kepadaku selama beberapa hari.” (Tartib Al Madarik, 2/51-52).

Apakah perbuatan mereka ini mempunyai sandaran? Sudah pasti. Daripada Sayyidina Ibnu ‘Abbas رضي الله عنهما katanya: Dikatakan kepada Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم: Wahai Rasulullah! Karib(teman) kami (yang kami duduk bersamanya) yang mana satukah yang paling baik? Jawab Baginda صلى الله عليه وآله وسلم : Orang yang apabila kamu melihat kepadanya boleh mengingatkan kamu kepada Allah, percakapannya menambahkan ilmu kalian dan amalannya mengingatkan kalian kepada akhirat (Hadits riwayat Abu Ya’la. Perawinya adalah perawi hadits shahih sebagaimana terdapat di dalam Majma` az-Zawaid).

Ibnu Hibban meriwayatkan bahawa Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersabda (maksudnya): Sesungguhnya sebahagian manusia merupakan kunci untuk mengingatkan kepada Allah (Hadits riwayat Ibn Hibban, hadits ini dishahihkan oleh beliau)

4. Membaca karya-karya shohibul haul.
Sepertimana setiap tahun, pihak pengajur Majlis Memperingati Haul Imam al-Haddad akan mengeluarkan buku cenderahati dimana disana terdapat petikan-petikan ilmu daripada kitab karangan Imam al-Haddad. Seperti tahun sebelum-sebelumnya bertemakan Sabar, Syukur …. Dan tahun ini bertemukan YAQIN. Dan para penceramah kebiasaannya akan berceramah mengenai tajuk berkaitan ataupun memetik mana-mana daripada kitab atau qashidah karya shohibul haul untuk disyarahkan.

Maka, mengenai membaca kitab mereka ini, Habib ‘ali bin Muhammad al-Habsyi pernah berkata: “Aku wasiatkan agar mengisi semua waktu dengan taat kepada Allah. Menyediakan waktu setiap hari untuk membaca kitab para salaf (ulama Ba’alawi terdahulu) …..” Semoga dengan membacakan sedikit dari sedutan kitab-kitab karangan shohibul haul, mudah-mudahan menjadi sebagai pendorong kepada kita untuk menekuni kitab-kitab karangan mereka yang berharga.

Selain itu banyak lagi faedah menghadiri majlis haul seperti beri’tikaf di dalam masjid sekiranya majlis diadakan di masjid, fadhilat menunggu waktu sholat, bersedeqah, berta'arruf dan lain-lain lagi lah …. Cukuplah sekadar ini catatan al-Fagir. Semoga kita semua mendapat keberkatan di dalam menghadiri majlis haul. Dan satu peringatan, perkara utama yang perlu dijaga adalah NIAT kita dan ADAB kita tatkala menghadiri majlis sedemikian. Sekian. والله أعلم

Al-Fagir Abu Zahrah al-Qadahi
Selesai catatan pada
Hari Khamis, sebelum dhuhur  28 Syawwal 1431/7 Oktober 2010-10-07
(Entri ini dibuat setelah kembali dari menghadiri majlis bacaan maulid bersama syeikhuna al-Habib Kadzim di Masjid al-Falah. Ceramah beliau mengenai rahmat, menyuburkan kembali hatiku yang gersang dan menghilangkan rinduku pada bumi Tarim  ...... Allahu Allah)

Isnin, 4 Oktober 2010

Sebagai Tanda Kenangan ....

Baca seterusnya disini ...

Sabtu, 2 Oktober 2010

Belasungkawa: Habib Syekh bin Ahmad bin Syekh al-Musawa رحمه الله Telah Kembali KerahmatuLlah



إِنَّا للَّهِ وَإِنَّـآ إِلَيْهِ رَاجِعونَ
Tatkala para pencinta ulama di Malaysia bersedih atas permergian Tuan Guru Haji ‘Abdul Latif bin Haji Abdul Rahman, para muhibbin di Indonesia pula bersedih kerana telah kembali kerahmatuLlah Habib Syekh bin Ahmad bin Syekh al-Musawa رحمه الله, di Surabaya, jam 9.30 malam (lebih kurang waktu Surabaya) malam Sabtu, 23 Syawwal 1431/1 Oktober 2010. Dan beliau selamat dikebumikan sebentar tadi, ashar, 23 Syawwal 1431/2 Oktober 2010. Beliau menutup umur pada usia 89 tahun ( atau 91 tahun menurut kiraan tahun hijrah)

Mungkin ramai yang tidak mengenali beliau, namun para muhibbin di Malaysia pastinya ada yang mengenali beliau. Untuk itu sukalah al-Fagir memperkenalkan beliau untuk tatapan bersama.

Habib Syekh bin Ahmad bin Syekh al-Musawa adalah seorang ulama ahlulbait yang merupakan guru kepada para habaib dan kiyai di Indonesia. Beliau di lahirkan di Purwakarta pada tahun 1921. Mendapat pendidikan awal daripada ayahandanya sendiri. Setelah mennginjak umar 9 tahun, beliau berangkat ke Tarim untuk beljar di Rubat Tarim. Di sana beliau berguru dengan Habib ‘Abdullah bin Umar asy-Syathiri (pengasuh Rubath Tarim, wafat tanggal 29 JumadilUla 1361H) dan Habib Ahmad bin Umar asy-Syathiri (pengarang kitab al-Yaqut an-Nafis, wafat hari Jum’at, tanggal 6 Rabi’ ats-Tsani 1360H). Beliau menuntut ilmu di Rubath Tarim selama 10 tahun. Selama 10 tahun di Rubath Tarim, pelbagai bidang ilmu yang beliau pelajari seperti fiqih, tafsir, nahwu, shorof, balaghah dan tasawwuf. Namun menurut beliau, pelajaran yang paling beliau senangi adalah tasawwuf kerana ianya merupakan salah satu jalan manusia mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, dan tasawwuf juga menganjurkan seseorang itu menjadi bijaksana dan lebih berakhlaq. Selain itu, menurut beliau lagi, tasawwuf mudah dipelajari – baik di dalam keadaan senang maupun susah. Maka kerana itu beliau dengan tekun mempelajari kitab-kitab tasawwuf karya tasawwuf Imam al-Ghazali seperti Bidayatul Hidayah, Ihya ‘Ulumiddin dan lain-lain.

Beliau kemudiannya berangkat pula ke Mekah untuk menuntut ilmu, meskipun tika itu suasana agak gawat kerana Perang Dunia 1. Namun tekadnya untuk menyambung pengajiannya di Mekah al-Mukarramah tidak luntur. Di tengah-tengah kegawatan itu, beliau mengendarai unta untuk berangkat dari Tarim ke Mekah. Perjalanan yang mengambil masa lebih kurang 2 bulan. Di tengah-tengah perjalanan ini beliau terpaksa singgah di beberapa buah desa, dan beliau juga sempat mengajar di perkampungan Arab Badwi.

Di Mekah, beliau berguru dengan, antaranya: Sayyid ‘Alawi bin ‘Abbas al-Hasani al-Maliki, Habib Alwi Shahab, Habib ‘Abdul Baari bin Syekh al-Aidarus, Sayyid Muhammad Amin al-Kutbi dan lain-lain. Ketika di Mekah, beliau sempat bertemu dengan para penuntut ilmu yang berasal dari Indonesia seperti Habil ‘Ali bin Zein Shahab 9Pekalongan), Habib ‘Abdullah al-Kaf (Tegal), Habib ‘Abdullah Syami al-Atthas (Jakarta) dan Habib Hussin bin ‘Abdullah (Bogor)

Pada tahun 1947, beliau pulang ke tanahairnya, lalu bernikah dengan Sayyidah Nur binti Zubaid di Surabaya. Setelahnya, beliau mengajar di Madrasah al-Khairiyyah. Dan dalam masa yang sama beliau berguru dengan Habib Muhammad as-Seggaf di Kapasan. Setelah gurunya wafat, beliau menggantikan gurunya mengajar di majlis taklim yang diasuh oleh gurunya. 3 tahun kemudian beliau berhijrah ke Jakarta. Beliau mengajar setiap pagi hari minggu di Majelis Taklim Kwitang yang diasuh oleh Habib Muhammad al-Habsyi (majelis taklim ini diasaskan oleh Habib ‘Ali bin ‘Abdurrahman al-Habsyi @ Habib ‘Ali Kwitang) selama 6 tahun. Disini juga, beliau membantu Habib Muhammad al-Habsyi untuk membangunkan Islamic Centre Indonesia (ICI).

Setelah pembangunan ICI selesai, beliau mengajar pula di Majelis Taklim asuhan K.H. Muhammad Zein di Kampnug Makassar, Kramat Jati selama setahun. Dan sejak dari tahun 1971 beliau mengajar di Madrasah az-Ziyadah asuhan K.H. Zayadi Muhajir selama 30 tahun. Setelah Kiyai Muhajir wafat, Habib Syekh bin Ahmad bin Syekh al-Musawa menggantikan tempat Kiyai Muhajir mengasuh taklim sehingga tahun 2003. Selain mengajar di az-Ziyadah, beliau juga mengajar di majelis taklim Habib Muhammad bin Aqil bin Yahya di Jalan Pedati, Jakarta Timur. Bukan hanya setakat itu sahaja, bahkan beliau juga mengajar di 30 majelis taklim lain di perbagai tempat di Jakarta.

Pada tahun 2003, Habib Syekh bin Ahmad bin Syekh al-Musawa kembali ke Surabaya, dan tinggal di rumahnya yang beliau huni sekarang di Jalan Kalimasudik II. Beliau lebih banyak beristirahat di rumah. Meskipun begitu, banyak penuntut dari sekitar Surabaya yang datang mengaji kepadanya. Beliau mengajar fiqih, nahwu, sharaf, balaghah, tafsir, dan tasawwuf. Selain dari mengajar di rumahnya, beliau juga mengajar tasawwuf di Majelis Burdah yang dipimpin Habib Syekh bin Muhammad al-Aidarus di Jalan Ketapang Kecil.

Selain daripada mengajar, beliau juga mengarang. Salah satu buah karyanya ialah kitab Muqtathafat fi al-Masail al-Khilafiyyah (Beberapa Petikan Masalah Khilafiah). Dan walaupun sudah agak uzur, beliau masih bersemangat untuk menyelesaikan sebuah kitab tentang pernikahan dalam pandangan empat ulama madzhab.

Demikianlah biografi ringkas mengenai Habib Habib Syekh bin Ahmad bin Syekh al-Musawa yang dapat al-Fagir kongsikan bersama. Tulisan ini al-Fagir dipetik dari  sini dengan sedikit olahan bahasa.

Satu demi satu ulama kita berpergian, sampai pada akhirnya tidak ada lagi yang dapat mengantikannya. Kemarin kita mendapat khabar pemergian Tuan Guru Hj Abdul Latif @ Pak Teh, hari ini kita mendapat khabar pemergian Habib Syekh al-Musawa, besok entah siapa pula ulama atau habaib yang akan mengikuti pemergian mereka. Hilangnya mereka susah untuk mendapat pengganti. Kita mampu mengeluarkan beribu-ribu sarjana, kita mampu mengeluarkan beratus-ratus pemikir Islam, tapi apakah kita mampu mengeluarkan ulama-ulama yang alim dan rabbani? Akhirnya nanti tinggallah orang-orang bodoh yang mengaku ulama, berpakaian seperti ulama, bergaya persis ulama, tetapi tidak memiliki ilmu dan akhlak seperti seorang ulama, lalu mereka akan menjawab segala pertanyaan masyarakat awam yang haus dengan ilmu pengetahuan, sehingga mereka sesat lagi menyesatkan, benar sekali sabda Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم, sepertimana yang diriwayatkan oleh Sayyiduna Abdullah bin ‘Amr bin Ash رضي الله عنهما: Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu dengan (menghilangkan) akan ilmu itu dengan sekaligus dari (dada) hamba-hambaNya. Tetapi Allah Ta’ala menghilangkan ilmu itu dengan mematikan alim-ulama sehingga apabila tidak tertinggal satu orang alimpun, manusia akan menjadikan pemimpin-pemimpin dari orang-orang yang bodoh, maka tatkala mereka ditanya (tentang masalah agama), lalu mereka akan berfatwa tanpa ilmu, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan. (Hadits riwayat al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidhi dan Ibn Majah)

Tidakkah pemergian mereka ini musibah bagi kita dan umat Islam seluruhnya? Iya, musibah besar! Di dalam sebuah hadits yang di riwayatkan oleh Abu Daud, at-Tirmidhi, Ibn Majah dan al-Baihaqi daripada Abu Darda رضي الله عنه katanya: Aku mendengar Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersabda (maksudnya): Sesiapa yang pergi di pagi hari kerana inginkan ilmu dan untuk mempelajarinya semata-mata kerana Allah Ta’ala, nescaya Allah Ta’ala akan membukakan baginya satu pintu menuju syurgaNya, para malaikat membentangkan sayapnya untuknya dan demikian juga ikan-ikan dilaut. Kelebihan orang yang alim itu ke atas orang yang abid apalah seumpama kelebihan bulan purnama ke atas sekecil-kecil bintang dilangit. Para ulama itu adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak mewariskan wang dinar dan tidak juga wang dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu. Sesiapa yang mengambil ilmu maka dia telah mengambil habuannya yang amat bernilai. Oleh itu matinya seorang yang alim adalah satu musibah yang sukar digantikan dan satu kepincangan yang susah ditutupi. Ini adalah umpama bintang yang hilang sirna (diantara bintang-bintang). Sesungguhnya matinya satu qabilah adalah lebih ringan musibahnya berbanding matinya seorang yang alim.

Akhirkata, marilah kita sama-sama menghadiahkan bacaan surah al-Faatihah dan surah Yaasin kepada Habib Syekh bin Ahmad bin Syekh al-Musawa serta mendoakan beliau. Al-Faatihah .....

اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه وأكرم نُزُله . ووسع مُدخلهُ . واغسله بالماء والثلج والبرد ، ونقه من الخطايا كما ينقى الثوب الأبيض من الدنس ، وأبدله داراً خيراً من داره ، وأهلاً خيراً من أهله وزوجاً خيراً من زوجه وأدخله الجنة وأعذه من عذاب القبر  ومن عذاب النار


Sekian dari
Al-Fagir Abu Zahrah
Taman Seri Gombak
Selepas ashar, 23 Syawwal 1431/2 Oktober 2010.

Related Posts with Thumbnails